THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Selasa, 02 Juni 2009

SQUAT

Apakah dalam kenyataan Squat itu? Mengapa Squat relevan untuk dunia pelayaran? Squat adalah pengurangan jarak ruangan di bawah lunas kapal hingga dasar laut, disebabkan oleh gerakan relatif bentuk badan kapal yang terbenam dalam air. Dibandingkan dengan posisi netral, badan kapal terbenam lebih dalam ke dalam air dan pada waktu yang sama akan trim rata. Jumlah aljabar dari pembenaman dan bertambahnya trim disebut Squat. Squat terjadi ketika sebuah kapal laju terhadap air atau sebuah kapal tidak laju tetapi hanyut dalam aliran air (arus). Fenomena Squat telah lama diketahui orang. Tetapi untuk dunia pelayaran menjadi lebih relevan baru-baru ini karena kapal-kapal dalam waktu cepat tumbuh dibangun dalam dimensi lebih besar dan kecepatan lebih tinggi. 

Pada saat sekarang syarat kapal dan kedalaman air yang tersedia dalam me-masuki pelabuhan dan di dalam tuntutan pelabuhan bahwa Squat adalah suatu faktor yang mandatory (yang diminta) dalam rencana pelayaran dan operasi yang aman bagi suatu kapal. 

Bagaimana Squat terjadi? Suatu ke-cepatan membuat kapal menekan suatu masa dari air di depan haluannya. Air ini harus mengalir balik di bawah dan pada samping kapal (aliran balik) untuk menggantikan air yang dipindahkan oleh badan kapal. Dalam perairan dangkal dan sempit kecepatan partikel-partikel air dari aliran bertambah di mana menghasilkan suatu tekanan turun (Hukum Bernoulli). 

  

p + g x h + V = konstan 

p = tekanan statis, _= density, 

V = kecepatan, g = gravitasi, h = tinggi. 

  

Hukum Bernoulli menyatakan bahwa di dalam suatu cairan jumlah tekanan hidrosta-tika “p” tekanan gaya berat “_gh” dan tekanan hidrodinamika “_V_” tinggal konstan. Sebagai akibat naiknya tekanan hidrostatika adalah sama dengan berkurang-nya tekanan hidrodinamika yang disebab-kan oleh bertambahnya kecepatan dari aliran air. Jatuhnya tekanan di bawah dasar kapal menyebabkan suatu pembenaman vertikal badan kapal dalam air, pada waktu yang sama dan tergantung pada koefisien balok kapal (Cb), kapal akan trim ke depan atau ke belakang atau akan terbenam lebih dalam ke dalam air pada even keel (rata-rata). Jumlah dari semua pembenaman vertical dan trim disebut Squat. 

Trim sebuah kapal pada rata-rata (even keel) atau jika pada trim yang telah ada : 
Kapal even keel dan Cb = 0,7 — tanpa trim. 
Kapal even keel dan Cb > 0,7 — trim ke be-lakang. 
Kapal even keel dan Cb < 0,7 — trim ke depan. 
Kapal trim ke belakang — kapal Squat dengan trim ke belakang. 
Kapal trim ke depan — kapal Squat dengan trim ke depan. 

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi ukuran Squat : (a) Kedalaman air yang ada; (b) Kecepatan kapal terhadap air; (c) Koefisien balok kapal (Cb). 

Relevan juga apakah kapal sedang berlayar dalam perairan yang dangkal dan tidak terbatas atau dalam perairan yang terbatas (selat, sungai). 

Faktor-faktor lain yang mempunyai ruangan di bawah lunas ( jarak dari dasar kapal lebih rendah ke dasar perairan) memungkinkan suatu daftar yang mungkin dari kapal dan/atau gelombang besar yang dihasilkan dalam dorongan dan/atau gerakan maju baling-baling kapal. Sekalipun faktor-faktor ini semua dipertimbangkan tetap ada suatu resiko yang ketinggalan disebabkan karena informasi yang meragukan tentang kedalaman air dan kecepat-annya. Disebabkan pengaruh meteorologi lokal tinggi air mungkin berbeda pada peta-peta yang ada dan data pasang surut atau bentuk dasar sungai atau selat yang telah berubah. Menyim-pan keraguan dalam ingatan disarankan untuk menentukan suatu “kliren lunas minimum aman” di bawah pertimbangan Squat dan faktor-faktor lain yang dapat diperkirakan. 

Sejumlah personal dan institusi yang berbeda memperlakukan fenomena Squat dalam sebuah pengetahuan ilmiah dan juga dalam sebuah jalur empiris (empirisme = ilmu pengetahuan, hanya menerima pengalaman sebagai sebuah sumber kesadaran pengertian). Hingga sekarang tidak ada prediksi yang tepat dari kemungkinan Squat yang diharapkan. Disarankan pada kapal untuk menggunakan suatu metode evaluasi untuk rencana pelayaran dimana diketahui sebagai kepercayaaan dari sejumlah cukup percobaan-percobaan praktek dan dimana akan mengantarkan hasil pada apa yang disebut “sisi keselamatan”. 

Setelah mempertimbangkan faktor-faktor lain yang meragukan seperti yang telah disebut-kan di depan, dan dengan ini menyimpan suatu kliren lunas yang layak para pelaksana dapat mengambil mendekati tujuannya tanpa kandas. Dalam mata pelajaran dari pelajaran-pelajaran ini sejumlah pola formula dan perhitungan dengan kekuatan yang berbeda dari terjadinya Squat telah berkembang. Dalam pratek penerapan, khusus dalam perairan-perairan Jerman, digunakan formula-formula yang dikembangkan oleh Dr. Barras, seorang pro-fesor Inggris. Formula-formula ini adalah sebuah sifat dasar empiris dan berbasiskan pada sekitar 500 ukuran pada kapal-kapal nyata dan model-model kapal. Formula yang diseder-hanakan untuk kapal-kapal dalam perairan-perairan yang tidak terbatas (kondisi perairan terbuka) terbaca sebagai berikut : 

Squat (_) = Cb x V [metres] / 100 

  

Dalam perairan-perairan terbatas (kondisi perairan terbatas) Dr. Barras mengambil sebuah kenaikkan Squat sebagai berikut : 

Squat (_) = 2Cb x V [metres] / 100 

V = kecepatan kapal terhadap air dalam knot. 

  

Menurut Dr. Barras kedua formula adalah perkiraan kasar dan akan keliru pada sisi keselamatan. 

Bagaimana mengenal apakah/kapan Squat terjadi? Jika kapal mendekati perairan dangkal dan terasa perubahan-perubahan dasar, berikut harus diperhatikan : 
Perubahan pola ombak di buritan dan haluan kapal. 
Kemudi kurang makan dan kapal menjadi sulit ketika melaksanakan olah-gerak. 
Putaran mesin induk berkurang secara nyata dalam perairan terbatas lebih nyata dari pada dalam sisi alur tak terbatas. 
Kecepatan kapal berkurang, dalam perairan terbatas lebih nyata dari pada dalam sisi alur perairan tak terbatas. 
Terjadi cukup besar getaran-getaran bangunan kapal. 

  

Bagaimana mencegah Squat? Hanya tin-dakan yang efektif dengan aba-aba kapal untuk meminimalkan atau mengurangi memulainya Squat adalah ‘segera kurangi kecepatan’. Nilai Squat berubah sekitar seperempat kecepatan kapal terhadap air. Dengan pengurangan kecepatan terhadap air sekitar ‘setengah’, Squat berkurang sekitar seperempat. 

Tersebut di muka suatu percobaan untuk mendekati pokok Squat dalam suatu jalan sederhana dan mudah dimengerti dan memberikan beberapa alat untuk para praktisi untuk prakalkulasi nilai Squat untuk suatu pelayaran yang aman. Untuk menem-patkan diri kita lebih intensif dengan subyek ini, disarankan para praktisi di samping kur-sus Mooring Master di Diklatsus Perkapalan rajin membaca literatur-literatur.

sumber :
http://www.pertamina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3173&Itemid=340

Selamat Tinggal Pebel

Alkisah, tersebutlah sebuah zat di dunia mikro bernama Timbal atau timah hitam. Timbal yang tak kasat mata ini punya inisial Pb (baca: pebe). Tapi namanya tak sesingkat ancaman yang dibawanya. Ia tergolong salah satu zat pembunuh, yang mengancam kesehatan dan masa depan umat manusia. Celakanya, si pebe ada di udara sekitar kita! ="\""=== 

Jika terhirup dan masuk ke tubuh, sebagian besar akan ditimbun dalam tulang. Ketika orang mengalami stres, pebe diremobilisasi dari tulang dan masuk ke peredaran darah sehingga menimbulkan risiko keracunan. Dalam jangka panjang, penimbunan pebe bisa berbahaya. 

  

Pebe yang ditimbun dalam tulang seorang perempuan hamil, berisiko mengakibatkan kesehatan janin dan pertumbuhan balita terganggu, seperti, bayi cacat, bahkan keguguran! Bahkan jika berhasil lahir selamat, balita yang mendapatkan asupan timbal terus-menerus dari udara maupun air susu ibu, akan terhambat perkembangan sistem sarafnya. Anak menghadapi risiko penyakit neurotik, sukar belajar, dan penurunan tingkat IQ. Peningkatan kadar pebe dalam darah dari 10 menjadi 20 5g/dl, menurunkan IQ rata-rata dua poin. 

  

Pada remaja, pebe meningkatkan kelakuan kriminal. Sementara pada perempuan dewasa, selain mengganggu sistem reproduksi, juga mengganggu daur menstruasi. Pada laki-laki, pebe menurunkan jumlah dan kualitas sperma. Sperma cacat, membawa risiko bayi cacat. Libido laki-laki yang darahnya tercemar pebe akan turun dan dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Akhirnya, terhadap kaum lansia, si pebe ini mempercepat proses penuaan alias memperpendek umur. 


Enemy #1 in the Air 

Lantas dari mana datangnya si pebe? Dialah musuh nomor satu di udara kita, terutama udara di kota-kota besar. Dia datang sebagai emisi gas buang bahan bakar bensin dari kendaraan bermotor yang memenuhi jalan-jalan kota. Senyawa timbal atau TEL (tetra ethyl lead), dipergunakan untuk menaikkan oktan (octane booster) dalam bensin. 

  

Sekadar contoh, hasil kajian Vera Hakim dari UI pada 1998, menemukan, akumulasi pebe dalam darah anak-anak di Surabaya rata-rata 68 mikrogram/l, hingga menyebabkan anak kian agresif, kurang konsentrasi, bahkan menyebabkan kanker. 

  

Laporan UNICEF dan UNEP (1994), menyebutkan, tingginya kadar pebe di udara kota Bangkok, Thailand, menyebabkan 200.000 - 500.000 kasus hipertensi, dan sekitar 400 kematian setiap tahun. Anak-anak kehilangan rata-rata empat poin IQ pada usia 7 tahun. Dalam jangka panjang, berdampak pada menurunnya produktivitas dan memicu serangan jantung. 

  

Si pebe ini juga dapat mengkontaminasi tanah dan mencemari hasil pertanian yang dikonsumsi manusia. Sebuah laporan menyebutkan, penggunaan bahan bakar bertimbal melepaskan 95% timbal yang mencemari udara di negara berkembang. 

Tak Cukup Balongan 

Kalau sudah jelas dari mana asal muasalnya, kenapa juga bensin bertimbal masih digunakan? Negara-negara maju sebetulnya sudah menghapuskan bensin bertimbal sejak 20 tahun lalu. Atas maraknya berbagai kampanye anti timbal sejak 1997, wilayah Jakarta pun sebetulnya sudah bisa bebas dari bensin bertimbal sejak 2005. 

  

Pebe pada awal penggunaannya diperlukan untuk meningkatkan oktan dari BBM. Aditif tersebut digunakan juga karena merupakan alternatif termurah untuk meningkatkan performa BBM sesuai tuntutan spesifikasi mesin kendaraan. Pertamina sekarang, selaku produsen BBM, memproduksi BBM beroktan tinggi dengan bahan baku HOMC (High Octane Mogas Component) tanpa pebe. Contoh nyata upaya untuk memproduksi HOMC adalah Proyek Langit Biru Balongan (PLBB). 

  

Proyek pembangunan kilang minyak penghasil bensin tanpa timbal ramah lingkungan milik PT Pertamina (Persero) ini menghasilkan bensin tanpa timbal beroktan 92 dan 95. Bahkan sebelumnya, bensin Super TT (oktan 94) yang diproduksi Kilang Minyak UP VI Balongan sudah beredar, meski masih terbatas di kawasan DKI Jakarta, Cirebon, dan pantai utara (Pantura) Jabar, serta Bali. 

  

Tapi, mengandalkan Balongan yang berkapasitas 340 ribu barrel/hari, masih jauh dari cukup untuk ‘mengusir’ si pebe. Namun bagi Pertamina, persoalannya tak sesederhana membalik telapak tangan.Biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadikan tiga kilang lainnya, yakni kilang Dumai, Plaju, dan Balikpapan, mampu memproduksi bensin tanpa timbal, tidaklah sedikit. 

  

Namun seperti diungkapkan Dirut Pertamina Ari H. Soemarno, perusahaan telah mengkaji dengan cermat sisi ekonomis dari investasi pengembangan kilang yang mampu memproduksi bensin nontimbal. Yang terang, jika dihitung lebih luas, kerugian memakai bensin bertimbal akan lebih besar dari ongkosnya. Sebuah penelitian dari Lembaga Pengembangan dan Riset Minyak dan Gas menemukan kerugian pencemaran polusi timbal bisa dua kali lipat dibanding biaya yang harus dikeluarkan untuk menguranginya. 

  

Keberhasilan 

Penghapusan bensin bertimbal menjadi salah satu target utama Dirut Pertamina Ari H. Soemarno sejak memimpin pada Maret 2006. Pada awal Juli 2006, Pertamina mengumumkan untuk mengubah semua bensin bertimbal menjadi nontimbal. Artinya, Pertamina harus lebih banyak memproduksi Mogas yang ber-octane tinggi (HOMC), agar tidak lagi membutuhkan TEL, untuk menaikkan octane. 

  

Sebuah penelitian terakhir menunjukkan, kandungan timbal pada bensin Indonesia pada 2006 sudah menurun drastis, yaitu hanya tersisa 0,038 g/l, jauh di bawah ambang batas normal yang diperkenankan, karena bensin produksi Pertamina memang seluruhnya sudah nontimbal sejak Juni 2006 silam. 

  

Untuk memproduksi bensin bebas timbal, Pertamina mematok dua strategi. Jangka pendek, Pertamina mengimpor langsung bensin nontimbal sepanjang kapasitas produksi belum memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sedangkan, Jangka panjang, meningkatkan kapasitas kilang yang khusus memproduksi bensin nontimbal. Pertamina komit menanamkan investasi yang dibutuhkan. 

  

Targetnya bukan hanya menghapuskan timbal, namun juga memenuhi semua standar kualitas bahan bakar yang menjadi trend global, seperti pengurangan kandungan sulfur. “Kelak bahan bakar Pertamina akan sesuai dengan standar Euro-type,” demikian Ari. 

  

Komitmen dan upaya Pertamina untuk memproduksi bahan bakar yang memenuhi standar bahan bakar global yang kompetitif, yaitu dengan tetap mempertimbangkan sisi ekonomis dan bisnis, boleh disebut salah satu keberhasilan Pertamina. Tentu bukan proses yang mudah. ‘Terusirnya’ si pebe yang menakutkan dari udara kita, maka salah satu ancaman terdepan generasi bangsa ini sudah dihilangkan.

sumber :
http://www.pertamina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3004&Itemid=340