THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Rabu, 27 Mei 2009

Teknologi Game Komputer Untuk Eksplorasi Migas

Permainan game komputer ataupun game konsol, seperti PS3, ternyata juga punya kemampuan prosesor hebat. Selain bisa digunakan untuk berbagai permainan yang makin nyata tampilannya, prosesor yang biasa diaplikasikan untuk game ternyata bisa dimanfaatkan pula untuk eksplorasi minyak dan gas alam (migas).

Kemampuan prosesor game yang bisa memproses data dalam jumlah yang besar secara cepat, oleh para ilmuwan dari Universitas Houston bisa diaplikasikan untuk membantu mencari sumber migas. Mereka menggunakan teknologi komputer milik IBM, yaitu Prosesor Cell Broadband Engine (Cell/B.E.), yang biasa digunakan untuk perangkat game dalam eksplorasi ini. Cell/B.E ini biasanya didesain untuk game PS3 milik raksasa elektronika, Sony.

Cell/B.E memiliki sembilan individual core unit per chip dimana ke depan akan ditingkatkan menjadi 34 core unit. Selama ini, dengan kemampuan prosesor ini, PS3 mampu menghadirkan game-game yang terlihat makin nyata dengan grafis yang makin halus. Kemampuan seperti inilah yang kemudian juga diaplikasikan untuk membaca kode rahasia (cryptography), media, operasi matrix dan beberapa aplikasi sains lainnya.

Dengan desain seperti ini, ada beberapa keuntungan yang bisa dimaksimalkan dalam menjalankan program yang membutuhkan algoritme yang sama, sebuah prosedur pemecahan solusi komputer yang berulang, untuk dijalankan secara independen pada sebuah satuan data. Dengan cara ini, maka eksplorasi eksplorasi migas bisa dipermudah dengan menganalisis data seismik yang memindahkan bunyi yang saling berhubungan dan untuk mengalokasikan hidrokarbon. Penelitian Mission-Oriented Seismic Research Program (M-OSRP) Universtas Houston yang didukung oleh IBM ini juga didanai oleh salah satu perusahaan minyak Amerika.

Jadi, dengan pemanfaatan yang kreatif dan inovatif, sebuah permainan, ternyata bisa pula dikembangkan untuk kepentingan penelitian, langsung maupun tidak langsung.

sumber : http://www.andriewongso.com/awartikel-748-AW_Corner-Teknologi_Game_Komputer_Untuk_Eksplorasi_Migas

Minggu, 24 Mei 2009

Batuan Sedimen Non Klastik

Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi, seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan batuan rijang sebagai proses kimiawi. Batuan sedimen non-klastik dapat juga terbentuk sebagai hasil proses organik, seperti batugamping terumbu yang berasal dari organisme yang telah mati atau batubara yang berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Batuan ini terbentuk sebagai proses kimiawi, yaitu material kimiawi yang larut dalam air (terutamanya air laut). Material ini terendapkan karena proses kimiawi seperti proses penguapan membentuk kristal garam, atau dengan bantuan proses biologi (seperti membesarnya cangkang oleh organisme yang mengambil bahan kimia yang ada dalam air).
Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat sangat kompleks, dan sukar untuk dibedakan antara bahan yang terbentuk hasil proses kimia, atau proses biologi (yang juga melibatkan proses kimia secara tak langsung). Jadi lebih sesuai dari kedua-dua jenis sedimen ini dimasukan dalam satu kelas yang sama, yaitu sedimen endapan kimiawi / biokimia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah sedimen evaporit (evaporites), karbonat (carbonates), batugamping dan dolomit (limestones and dolostone), serta batuan bersilika (siliceous rocks), rijang (chert).

Batuan Sedimen Evaporit

Batuan evaporit atau sedimen evaporit terbentuk sebagai hasil proses penguapan (evaporation) air laut. Proses penguapan air laut menjadi uap mengakibatkan tertinggalnya bahan kimia yang pada akhirnya akan menghablur apabila hampir semua kandungan air manjadi uap. Proses pembentukan garam dilakukan dengan cara ini. Proses penguapan ini memerlukan sinar matahari yang cukup lama.
1. Batuan garam (Rock salt) yang berupa halite (NaCl).
2. Batuan gipsum (Rock gypsum) yang berupa gypsum (CaSO4.2H20)
3. Travertine yang terdiri dari calcium carbonate (CaCO3), merupakan batuan karbonat. Batuan travertin umumnya terbentuk dalam gua batugamping dan juga di kawasan air panas (hot springs).

Batuan Sedimen Karbonat

Batuan sedimen karbonat terbentuk dari hasil proses kimiawi, dan juga proses biokimia. Kelompok batuan karbonat antara lain adalah batugamping dan dolomit. Mineral utama pembentuk batuan karbonat adalah: Kalsit (Calcite) (CaCO3) dan Dolomit (Dolomite) (CaMg(CO3)2)

Nama-nama batuan karbonat:

  1. Mikrit (Micrite) (microcrystalline limestone), berbutir sangat halus, mempunyai warna kelabu cerah hingga gelap, tersusun dari lumpur karbonat (lime mud) yang juga dikenali sebagai calcilutite.
  2. Batugamping oolitik (Oolitic limestone) batugamping yang komponen utamanya terdiri dari bahan atau allokem oolit yang berbentuk bulat
  3. Batugamping berfosil (Fossiliferous limestone) merupakan batuan karbonat hasil dari proses biokimia. Fosil yang terdiri dari bahan / mineral kalsit atau dolomit merupakan bahan utama yang membentuk batuan ini.
  4. Kokina (Coquina) cangkang fosil yang tersimen
  5. Chalk terdiri dari kumpulan organisme planktonic seperti coccolithophores; fizzes readily in acid
  6. Batugamping kristalin (Crystalline limestone)
  7. Travertine terbentuk dalam gua batugamping dan di daerah air panas hasil dari proses kimia
  8. Batugamping intraklastik (intraclastic limestone), pelleted limestone

Batuan Silika

Batuan sedimen silika tersusun dari mineral silika (SiO2). Batuan ini terhasil dari proses kimiawi dan atau biokimia, dan berasal dari kumpulan organisme yang berkomposisi silika seperti diatomae, radiolaria dan sponges. Kadang-kadang batuan karbonat dapat menjadi batuan bersilika apabila terjadi reaksi kimia, dimana mineral silika mengganti kalsium karbonat. Kelompok batuan silika adalah:

  • Diatomite, terlihat seperti kapur (chalk), tetapi tidak bereaksi dengan asam. Berasal dari organisme planktonic yang dikenal dengan diatoms (Diatomaceous Earth).
  • Rijang (Chert), merupakan batuan yang sangat keras dan tahan terhadap proses lelehan, masif atau berlapis, terdiri dari mineral kuarsa mikrokristalin, berwarna cerah hingga gelap. Rijang dapat terbentuk dari hasil proses biologi (kelompok organisme bersilika, atau dapat juga dari proses diagenesis batuan karbonat.

Batuan Organik
Endapan organik terdiri daripada kumpulan material organik yang akhirnya mengeras menjadi batu. Contoh yang paling baik adalah batubara. Serpihan daun dan batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan lingkungan daratan), apabila mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan, dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara.

Tabel dibawah adalah daftar nama-nama Batuan Sedimen Non-klastik (berdasarkan genesa pembentukannya).

KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN NON-KLASTIK

Kelompok

Tekstur

Komposisi

Nama Batuan

An-organik

Klastik atau Non-klastik

Calcite, CaCO3

Batugamping Klastik

Klastik atau Non-klastik

Dolomite, CaMg(CO3)2

Dolomite

Non-klastik

Mikrokristalin quartz, SiO2

Rijang (Chert)

Non-klastik

Halite, NaCl

Batu Garam

Non-klastik

Gypsum, CaSO4-2H2O

Batu Gypsum

Biokimia

Klastik atau Non-klastik

Calcite, CaCO3

Batugamping Terumbu

Non-klastik

Mikrokristalin Quartz

Rijang (Chert)

Non-klastik

Sisa Tumbuhan yang terubah

Batubara

Sumber : Noor, D., 2008. “Pengantar Geologi”, Universitas Pakuan, Bogor

http://www.unhalu.ac.id/staff/firdaus/?p=657